Kuawali pagi itu dengan keramaian
pada notifikasi handphoneku. Yup, jika aku sudah bersama mereka, notifku pasti
penuh. Aku online pukul 05.30, hanya sebentar karena aku harus segera
bersiap-siap pergi ke sekolah. Tempat yang membosankan bagi mereka yang tidak
cocok dengan lingkungan sekolahnya, terutama aku. Perkenalkan, namaku Anika
Erika Putri, kelas 8 di salah satu SMP favorit dan terkenal di kotaku. Pagi
ini, aku pergi ke sekolah bersama ayahku dan adikku, Mia. Sesampainya di
sekolah, mukaku kutekuk begitu saja setelah melihat seseorang yang ada
disebelahku. Diam tanpa suara dan aku langsung berlari menuju kelasku.
Syukurnya kelas kami tidak berdekatan. Kelasku di atas dan dia di bawah.
Bel masuk telah berbunyi. OSIS
memandu jalannya doa sebelum pelajaran di mulai. Setelah itu, ketua kelasku
mencari guru Matematika kami, namun Ia datang tanpa membawa apapun dan
mengabarkan pada kami, “Tidak ada guru dan tidak ada tugas. Jadi, sekarang kita
bebas!!” kata ketua kelasku sedikit berteriak, seketika itu juga kelasku jadi
riuh karena suara kebebasan kami.
Inilah yang kusenangi. Aku
berharap sampai pulang nanti tidak ada guru yang masuk sehingga akupun bisa
dengan bebasnya berdiam diri di perpustakaan dan menikmati anime-anime yang
kutonton di komputer perpustakaan tersebut. “Beruntungnya aku. Bisa berdiam
disini seharian tanpa gangguan bapak/ibu guru yang biasanya mengisi telingaku
dengan materi-materi mata pelajaran yang sama sekali aku tak mengerti. Namun
anehnya nilai ulanganku selalu diatas rata-rata karena aku mendengarkan
teman-temanku yang membaca materi ulangan tepat disebelah atau dibelakangku.
Ibuku bilang, daripada membaca yang sama sekali belum tentu masuk, lebih baik
mendengarkan. Tetapi kadangkala aku juga membaca buku pelajaran untuk
mengingatkan ingatanku kembali.
Ku coba membuka account
facebookku. “Wow, baru 2 jam saja aku off, notifikasinya udah sampai 30-an
begini” batinku dalam hati. Aku mulai membuka notif itu satu-persatu, dan aku
mulai berfacebookan ria. Temanku, Aisyah Denta dan Ilham, rupanya mereka sedang
online juga. Aku dan mereka langsung berchatan ria. “Memang lebih asik dunia
maya dibandingkan dunia nyata. Dunia maya tidak membeda-bedakan status, dan
ciri-ciri fisik, sedangkan Dunia nyata membandingkan itu semua. Dunia maya
tempatnya orang-orang yang tidak memiliki kecocokan di dunia nyata, sama
denganku” batinku.
Tak terasa 5 jam sudah aku
memandangi layar komputer itu. Bel pulang pun tak terasa akan berbunyi 5 menit
lagi. Aku segera me-log out-kan accountku dan berlari menuju kelas.
Keesokan harinya, disekolah,
“Anika, kamu kemarin kemana aja sih? Kamu dicariin sama Pak Kepala Sekolah.”
Tanya teman sebangkuku begitu melihat aku datang. “Aku kemarin di perpustakaan.
Biasa, nonton anime dan facebookan.
Kamu kan tau, aku agak ngga cocok sama lingkungan disini. Dan juga kalau karna
ngga orang tuaku dipindah kerjakan disini, mungkin aku masih dilingkungan
lamaku. Bersama teman-temanku yang juga Animelovers namun tak melupakan pelajaran
sekolah. “ jawabku pada Citra, temanku itu. “Ohh, tapi Pak Kepsek nyuruh kamu
datang ke ruangannya jam istirahat kedua, ngga tau deh mau ngapain. Hehe.” Kata Citra, “ohh oke!” jawabku sambil
tersenyum.
Saat bel istirahat pertama, aku
langsung menuju ke ruangan kepala sekolah. Tok tok tok... , aku mengetuk pintu
ruangan tersebut. “Masuk!” suara dari dalam. Aku pun masuk keruangan tersebut.
“Oh kamu Erika. Duduk dulu.” Perintah Pak Kepsek. Aku pun duduk dan menanyakan
maksud beliau memintaku untuk datang ke ruangannya. “Ada apa ya Bapak meminta
saya kemari?’’ tanyaku, “Begini, Nak, Bapak membawa surat dari Dinas Pendidikan
yang isinya meminta kamu untuk mengikuti Lomba Siswa Berprestasi di tingkat
Provinsi. Kamu bersama Citra, Andi, Aisyah dan Damar ditunjuk untuk menjadi
perwakilan kabupaten kita di provinsi nanti. “ jelas Pak Kepsek, “Pak, Aisyah
siapa ya pak?” tanyaku ketika mendengar nama Aisyah itu. “Aisyah Denta Kusuma
dan Damar Erlangga dari SMP N 4” jawab Pak Kepsek. Mataku langsung berbinar
ketika mendengar dua nama tersebut. Tak sabar rasanya untuk segera bertemu
mereka. “Oh iya, pembinaannya dimulai dari senin ini di Dinas Pendidikan pukul
3 sore, memakai seragam seperti biasa ya.” Kata Pak Kepsek kembali, “Baik, Pak.
Saya permisi dulu” kataku lalu meninggalkan ruangan Kepala Sekolah.
Akupun kembali ke kelasku dengan
mimik wajah yang tak dapat kulukiskan dengan kata-kata. Aku terus
tersenyum-senyum dan memikirkan pertemuanku dengan kedua sobatku ini. Sepanjang
pelajaran hari ini, wajahku terlihat sangat ceria. Sahabatku, Citra, memandangku
dengan tatapan yang aneh, mungkin. “Kamu kenapa sih, Nik?” tanya Citra, “Alahh
ngga usah bohong. Pak Kepsek pasti udah kasi informasi tentang siswa-siswi yang
akan ikut Siswa Berprestasi kan?” tanyaku balik. “Oh, tau deh yang ikut Siswa
Berprestasi.” Jawab Citra, “Yeey, kamu juga ikut kan. Andi juga. Sama Ai dan
Damar dari SMP N 4.” Jawabku. “Sahabat kamu itu kan?” tanya Citra, “Iya Din.
Seneng banget deh rasanya bisa ketemu mereka lagi.” Jawabku dengan muka ceria.
“Udah udah. Kamu udah dijemput tuh.” Kata Citra mengakhiri perbincangan kami.
“Oh, aku duluan yaa.. bye” kataku pamit pada Citra.
Hari dimana kami pembinaan pun
tiba. Kami berkumpul pukul 3 sore dan mendapat pengarahan sedikit dari Bapak
Kepala Dinas Pendidikan di Kabupaten kami. Setelah acara pengarahan itu,
kamipun dipersilahkan untuk memasuki ruang pembinaan.
Sebulan sudah kami mendapat
pembinaan dan ilmu yang tidak sedikit. Kini tibalah saatnya untuk kami
membuktikan bahwa kabupaten kami berhak mendapat penghargaan sebagai kota
pendidikan. Pada saat perlombaan, skor tim kami terus berkejar-kejaran dengan
skor dari tim lain. Kami masuk babak final setelah melewati beberapa babak
sebelummnya. Dan kami berhasil memboyong piala tersebut ke kota kami. Alangkah
bahagianya hati kami setelah apa yang selama ini kami lakukan tidak sia-sia.
Setelah perlombaan kami berkumpul sebentar dan membicarakan pengalaman kami
sewaktu kami mendapat pembinaan di sini. “Aku seneng banget bisa ketemu kalian
lagi. Kangen banget tau sama kalian.” Ucapku pada Aisyah dan Damar. “Kita juga
kangen sama kamu lho, Nik. Kapan nih kamu main-main ke kelurahan lagi. Bulan
depan diadain lomba lho. Dateng ya. Nenek sama Kakek kamu juga kangen sama
kamu.” Ucap Damar panjang lebar. “Iyaa, liburan nanti aku pasti pulang kok.
Ayah juga udah ngambil cuti tapi cuma seminggu sih ayah ngambil cutinya, tapi
aku pasti puas-puasin deh mainan sama kalian lagi.” Jawabku, “Okey deh.” Kata
mereka hampir bersamaan. “Anak-anak, mari kita kembali.” Perintah Pak Kadis
Pendidikan. “Mari, Pak.” Jawab kami serempak.
Diperjalanan, kami semua bercanda
dan tertawa seakan-akan beban kami sudah lepas semuanya. Padahal, amsih ada
lomba di tingkat Nasional yang akan diadakan 5 bulan lagi. Tapi, bagi kami
adalah persahabatan yang terpenting. Dan kami juga tak akan kecewa jika
nantinya kami menerima kekalahan di dalam lomba di tingkat berikutnya. Kamipun
pulang dengan perasaan yang amat gembira. Sahabat-sahabatku pun juga sudah
biasa bergabung denganku, Citra dan juga Andi.
*** TAMAT ***